Sunday 27 January 2013


SEKILAS tentang POSTMODERNISME
Postmodernisme muncul akibat ketidakpuasan yang terjadi oleh karena paham filsafat sebelumnya.  Era Pencerahan yang mengagungkan rasionya ternyata tidak dapat mengatasi permasalahan dunia yang ada.  Malah dengan rasio manusia, perang terjadi dimana-mana.  Pengharapan dan kedamaian yang diharapkan dari munculnya ilmu pengetahuan malah tidak terjadi.  Hasilnya adalah orang-orang kehilangan kepercayaan dari janji-janji filsafat ini.
Ketidakpuasan terhadap paham ini memunculkan banyak paham-paham lain, seperti misalnya Whitman dan Emerson yang memelopori munculnya romantisisme.  Penekanan filosofi telah berubah dari “akan menjadi apa saya ini?” menjadi “saya akan menjadi diri saya sendiri ditentukan oleh pilihan saya.”  Konsep pragmatisme dan eksistensialisme yang tergabung menjadi postmodernisme.
Perspektif yang berbeda ditemukan dalam paham postmodernisme ini.  Postmodernisme menolak paham modern yang mengakui adanya satu kebenaran yang absolut dan mutlak.  Elemen-elemen yang ada pada zaman modern digantikan, misalnya intelektual digantikan dengan kemauan, alasan-alasan logis digantikan dengan emosi, dan etika moral bersifat relatif.  Realitas menjadi konstruksi sosial, kebenaran ditentukan dari formulasi manusia, dengan kata lain tergantung kesepakatan masyarakat.  Kebenaran harus didekonstruksikan, dan pada akhirnya tidak ada kebenaran mutlak, bahkan mendefinisikan kebenaran adalah sesuatu hal yang mustahil.  Semua yang ada didekonstruksikan.  Postmodernisme juga mengklaim bahwa manusia dibentuk oleh bahasa dan masyarakat di mana manusia itu tinggal.
Implikasi dari postmodernisme sangat mempengaruhi kehidupan manusia.  Misalnya saja media televisi, tidak memberikan ruang kepada manusia untuk berpikir, melainkan untuk menonjolkan aspek perasaan, dan tentu saja untuk membeli.  Ini memberikan pergeseran cara pandang dari yang dulu sebagai produsen menjadi konsumen.  Di bidang pendidikan postmodernisme begitu terasa, buku-buku agama mulai disingkirkan, menolak seluruh worldviews untuk menjelaskan realitas.  Bahkan, postmodernisme juga menolak adanya diri yang mandiri dan eksis, menurutnya kehidupan manusia tergantung pada masyarakat yang berlaku.  Semua pendidikan agama dan filosofi era sebelumnya dipandang untuk mempertahankan kaum elit, agama dan ilmu-ilmu lainnya dipandang sebagai candu masyarakat.
Tujuan dalam pendidikan bertumpu pada ragam budaya yang ada.  Semua orang harus menghormati budaya yang ada dan tidak boleh saling menyalahkan, karena tidak ada standar kebenarannya.  Guru harus mengajarkan “proses” pendidikan berlangsung, menawarkan “pengalaman,” sehingga tidak membuat mereka menanyakan bagaimana itu benar apalagi menciptakan kebenaran itu sendiri.  Setiap siswa dilarang untuk mempertanyakan atau keberatan terhadap pendapat siswa lain.

DAMPAK POSITIF POSTMODERNISME
Pertama, postmodernisme menekankan bahwa rasio bukanlah segala-galanya.  Hati manusia itu penting, bahkan Pascal sendiri berkata “hati manusia mempunyai logikanya sendiri yang tidak dapat dipahami oleh rasio manusia.”  Dalam pendidikan, hati seorang murid perlu diperhatikan.  Kedua, pengetahuan objektif 100% tidak mungkin tercapai, oleh karena itu pendidikan itu penting dan manusia harus senantiasa harus belajar.  Ketiga, postmodernisme menekankan pentingnya komunitas dan kerjasama.  Dalam pendidikan, diperlukan adanya tugas kelompok untuk melatih bekerja sama dalam sebuah komunitas.  Keempat, postmodernisme menerima perbedaan yang ada.  Pendidikan juga harus dapat menerima perbedaan pandangan yang ada, setiap perbedaan tidak boleh dihilangkan, namun diuji terlebih dahulu.  Dialog/diskusi perlu diadakan di dalam kelas.

DAMPAK NEGATIF POSTMODERNISME
Pertama, memutlakkan relativisme.  Postmodernisme mengatakan tidak ada kebenaran yang mutlak, tidak ada sesuatu yang pasti.  Mengapa harus percaya pada statement tersebut? Bukankah statement tersebut juga belum pasti, namun anehnya, manusia dianggap harus percaya kepada pandangan tersebut.  Sebagai umat Kristen, Alkitab adalah satu-satunya dasar kebenaran. Hal inilah yang sangat negatif dari postmodernisme.  Kedua, memberikan rasa pesimis dalam hidup.  Segala sesuatu dipandang negatif, sehingga tujuan seorang untuk hidup menjadi tidak ada.  Ilmu yang diajarkan di sekolah kegunaannya relatif, membuat murid tidak tahu apa yang akan dicapai di depan.  Ketiga, pandangan postmodernisme sendiri bertentangan dengan pahamnya sendiri.  Bayangkan apabila suatu kelompok A yang mempunyai pandangan bahwa membunuh itu benar (misalnya kanibalisme) bertemu dengan kelompok B yang mempunyai pandangan bahwa membunuh itu tidak benar.  Pertemuan mereka akan membuat saling perang, alasan menghormati pandangan orang lain tidak dapat diterima jika merugikan orang lain.  Dalam hal pendidikan, tidaklah mungkin mengadopsi pandangan lain yang jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan.

No comments:

Post a Comment