UpSsSs I did It again!!!
TEEN and YOUTH RELATION BOUNDARIES
Pendahuluan
Masyarakat baru atau modern, berkembang
sesudah zaman R.A. Kartini. Masyarkat baru adalah masyarakat yang terbuka dan
bersifat lebih dinamis, senantiasa dalam gerak dan perubahan. Dalam masyarakat
baru dan dinamis itu ada banyak kesempatan untuk bergaul antara pemuda dan
pemudi. Dengan kesempatan bergaul yang lebih banyak antara pemuda dan pemudi,
bertumbuh juga jumlah bahaya dalam pergaulan mereka[1].
Khususnya mengenai hubungan relasi antara pria dan wanita.
Pasangan yang sedang menjalin hubungan
terkadang lupa dengan batas-batasnya sampai mana dia boleh intim dengan
pasanganya. Ada yang mengatakan bahwa intim itu indentik dengan htbungan tubuh
atau kontak tubuh bahkan hubungan seksual.[2]
Terdapat berbagai macam hubungan intim di dalam kehidupan kita. Kita bisa
berhubungan intim dengan teman, anggota keluarga, rekan kerja; tetapi hubungan
intim yang paling mendalam dan paling berarti (di luar hubungan seorang Kristen
dengan Tuhan), adalah hubungan intim suami dan istri yang tidak hanya berbagi
hati mereka tetapi juga tubuh mereka, dalam keintiman seksual.[3]
Batasan-batasan yang sehat adalah kunci untuk
menjaga kebebasan, tanggung jawab dan pada akhirnya cinta dalam kehidupan
pacaran. Menegakkan dan menjaga batas-batas yang baik dapat berguna bukan saja
untuk menyembuhkan hubungan yang buruk, tetapi juga membuat hubungan yang baik
tambah lebih baik lagi.[4]
Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan dalam tulisannya mengenai; apa
batasan itu dan bagaimana fungsinya dalam hubungan pacaran, keintiman dalam
pacaran, penilaian Alkitab terhadap pacaran, tujuan terpacaran, keuntungan dari
berpacaran dan akibat dosa dalam berpacaran.
Batas Wilayah
Kita mungkin merasa tidak nyaman ketika
mendengar kata batas. Bagi beberapa
orang, batas mungkin membangkitkan
citra tembok, penghalang pada keintiman. Namun tidaklah demikian, jika kita
memahami apa batas-batas itu dan kegunaannya. Secara sederhana, garis batas
adalah batas wilayah. Seperti pagar
fisik yang menandai batas perkarangan kita dan perkarangan tetangga. Batas
wilayah pribadi membedakan apa yang menjadi wilayah emosional atau pribadi kita
dengan apa yang menjadi wilayah orang lain.
Fungsi Batas Wilayah
Batas wilayah memiliki dua fungsi. Fungsi
pertama, memberi kita difinisi. Batas
wilayah menunjukkan siapa kita, apa yang kita sukai, apa yang kita setujui
ataupun sebaliknya yang tidak kita setujui. Fungsi kedua, untuk melindungi
kita. Batas wilayah menjaga agar hal-hal yang baik tetap di dalam dan hal-hal
yang buruk tetap di luar. Apabila kita tidak mempunyai batasan yang jelas
pengaruh buruk dapat mempengaruhi kita. Kencan dan pacaran akan jauh lebih baik
jika kita mempunyai batasan yang tegas. [5]
Keintiman Dalam Pacaran
Berpacaran mempunyai ciri khas yaitu
eksklusif. Ada perasaan “Dia khusus bagi saya dan saya khusus bagi dia”.
Perhatian kepada orang lain tidak sama dengan perhatian kita terhadap pacar
baik dalam kuantitas maupun kualitas. Keintiman kedua orang itu mulai tampak.
Dua hal yang erat hubungannya dengan keintiman diantara mereka adalah waktu dan
tempat.
A. Keintiman dan Waktu
Makin lama seseorang berpacaran makin tinggi
pula keintiman keduanya. Keintimana erat hubunganya dengan komunitas dan
ransangan. Kalau komunitas keduanya bersifat pribadi tentang hal-hal intim,
tentu keintiman mereka akan cepat naik. Sebaliknya kalau mereka menghabiskan
waktunya di gereja, misalnya mengikuti pedalaman Alkitab atau aktif melakukan
kegiatan, misalnya kegiatan pencinta alam, maka keintiman mereka tidak akan naik
cepat. Meskipun hanya keintiman fisik, godaan menjadi sangat tinggi untuk
berhubungan seks.
B. Keintiman dan Tempat
Tempat yang “rahasia” sangat
membantu naiknya keintiman, tempat rahasia di mana pasangan tersebut dapat
berpacaran dan berbuat apa saja secara bebas tanpa kontrol orang lain atau
tanpa dilihat orang lain.[6] Semua orang
yang berpacaran akan tergoda secara alamia, jadi kita harus melawan dengan
membiasakan bertemu di tempat terbuka.[7]
Penilaian Alkitab Terhadap
Pacaran
Di dalam Alkitab tidaklah melarang seseorang untuk
menjalin hubungan atau berpacaran, karena manusia diciptakan berpasang-pasangan
yaitu laki-laki dan perempuan. Menurut Scott Kirby, ada 4 hal penting dalam
Kejadian 2:18-25 yang dapat dipelajari mengenai pasangan Kristen:[8]
1. Tidak Baik Kalau Manusia Itu Seorang Diri
Tuhan menciptakan seorang laki-laki dengan
menaruh suatu kebutuhan akan seorang perempuan dalam dirinya. Oleh karena itu,
perasaan tertarik kepada lawan jenis merupakan hal yang wajar dan sehat. Baik
laki-laki maupun perempuan diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.
2. Tuhan Menciptakan Perempuan Dari Lelaki
Perempuan diciptakan khusus untuk laki-laki
yang menjadi pasangannya. Dari kisah Ad`m, Allah mengambil sebuah tulang
rusuknya kemudian membentuk seorang perempuan. Maka dari itu, Allah menciptakan
perempuan dari tulang rusuk laki-laki bukan supaya perempuan diinjak-injak,
melainkan perempuan sederajat dengan laki-laki diciptakan untuk dilindungi dan
untuk dikasihi.
3. Tuhan Membawa Perempuan Itu Kepada Laki-Laki
Alkitab mengatakan bahwa sesudah Tuhan
menciptakan perempuan itu, ia membawanya kepada Adam. Ketika Adam bertemu
dengan perempuan itu ada ungkapan sukacita yang terdapat pada ayat 23.
4. Tuhan Menciptakan Seks
Dari ayat 24, Alkitab mengungkapkan bahwa
Tuhan menciptakan seks dan memberkatinya. Tuhan memiliki pandangan yang positif
terhadap seks. Seks dalam hubungan yang benar merupakan bagian dari kehendak
Allah yang sempurna. Hubungan seks hanya benar jika dilakukan dalam hubungan
pernikahan (Ibr. 13:4; 1 Kor. 7:1, 2).
Tujuan Berpacaran
Berpacaran merupakan sesuatu proses yang indah
jika dijalani dengan tepat. Sekarang yang menjadi pertanyaanya adalah, “apakah yang menjadi tujuan berpacaran itu
sendiri?”. Menurut Scott Kirby, ada 5 tujuan dasar dari berpacaran :[9]
1. Untuk Mengalami Pertumbuhan Rohani
Setiap orang memiliki sisi-sisi yang kasar
dalam hidupnya yang perlu dibentuk dan diratakan. Dalam berpacaran yang
bertumpu pada Tuhan Yesus, orang akan dapat menemukan kelebihan dan kelemahan
dalam hidupnya serta dapat mengetahui bagian mana dalam hidupnya yang perlu
untuk diperbaiki. Pacaran seharusnya membawa seseorang kepada kedekatan kepada
Tuhan.
2. Untuk Belajar Bagaimana Berkomunikasi Dengan
Lawan Jenis
Komunikasi merupakan seni yang harus
dipelajari. Pacaran merupakan sebuah kesempatan untuk belajar membuka diri
kepada orang lain.
3. Untuk Memenuhi Kebutuhan Mencintai dan
Dicintai
Selain manusia memiliki kebutuhan secara
biologis, manusia juga memiliki kebutuhan dasar lainnya yaitu kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai. Dalam berpacaran, di situlah seseorang belajar memberi
dan menerima kasih.
4. Untuk Menikmati Masa Yang Indah dan Untuk
Bersantai
Masa berpacaran dapat menjadi begitu serius
sehingga tidak ada lagi keceriaan. Namun, yang seharusnya terjadi adalah masa
berpacaran adalah masa yang indah dimana masa seseorang dapat bersantai dan
tidak tegang bersama orang yang dikasihi.
5. Untuk Mendapatkan Gambaran Yang Benar Tentang
Pacar Kita
Pada hakekatnya, seseorang menikah dengan
orang yang pernah menjalin relasi khusus dengannya. Pada masa berpacaran inilah
seseorang secara tidak sadar sedang memutuskan hal-hal apa saja yang ingin dia
dapati dari seorang calon teman hidupnya.
Sedangkan menurut Dr. Henry Cloud dan Dr. John
Townsend, berpacaran memiliki tujuan agar pemuda atau pemudi dapat semakin
bertumbuh, dapat membantu mereka untuk menemukan pasangan yang tepat, serta
dapat membawa mereka menjadi orang yang lebih dewasa dalam rohani.[10]
Keuntungan Dari Berpacaran
Di bawah ini terdapat beberapa keuntungan
berpacaran yang dipaparkan oleh Dr. Henry Cloud dan Dr. John Townsend:[11]
·
Memberi Orang Kesempatan Untuk Belajar Tentang Diri Mereka, Orang
Lain, dan Relasi Dalam Konteks yang Aman.
Apabila dilakukan dengan benar, masa pacaran
adalah masa inkubasi untuk mengenal lawan jenis, perasaan seksual sendiri,
batas-batas moral, dan selera seseorang tentang orang lain. Pacaran memberi
orang tempat untuk bertumbuh dan belajar dalam keamanan orang-orang yang dapat
membantu mereka berkembang.
·
Memberi Konteks Untuk Membenahi Masalah-Masalah
Masa pacaran merupakan suatu ruang untuk
menemukan bahwa apa yang mereka kira mereka hargai dalam diri seseorang, mungkin
bukan hal yang akan mereka hargai dalam jangkah waktu yang panjang.
·
Membantu Membangun Keterampilan Membina Hubungan
Hubungan yang intim memerlukan kerja keras dan
banyak keterampilan. Masa pacaran memberikan kesempatan untuk belajar tentang
hubungan itu sendiri dan bagaimana mereka berfungsi dalam sebuah hubungan.
·
Membantu Menyembuhkan dan Memperbaiki
Tuhan menggunakan hubungan untuk menyembuhkan
dan mengubah seseorang. Seseorang dapat memiliki hubungan pacaran yang baik
ketika orang tersebut mau belajar, mau disembuhkan, mau bertumbuh, dan mau
berkembang. Meskipun hubungan itu tidak sampai ke pernikahan.
·
Pacaran Itu Relasional dan Memiliki Nilai Dalam Dirinya Sendiri
Pacaran merupakan suatu usaha untuk mengenal
pasangannya, di mana mereka saling memberi dan menerima dengan cara yang benar.
Usaha untuk mengenal orang lain secara mendalam ini adalah cinta. Ini adalah
suci dan baik. Ketika dua orang lajang saling mencintai, memberi, dan berbagi
sesuatu dalam hidup, walaupun hubungan mereka memiliki keterbatasan baik dalam
tubuh maupun hati, itu merupakan sebuah nilai.
·
Membantu Seseorang Belajar Apa Yang Ia Sukai Pada Lawan Jenis
Tidak semua orang tahu orang seperti apa yang
ia sukai dan orang seperti apa yang cocok dengannya. Masa pacaran akan memberi
seseorang konteks untuk bertemu dan menghabiskan waktu dengan berbagai jenis
orang sehingga dapat membuat mereka menemukan apa yang mereka sukai, apa yang
mereka butuhkan, dan apa yang baik bagi mereka.
·
Memberi Konteks Untuk Mempelajari Pengendalian Diri Seksual dan
Penundaan Kepuasan Lainnya
Pacaran yang baik akan memberi seseorang
kesempatan untuk memiliki hubungan dan menghindari seks. Pengendalian ini akan
memberikan suatu yang beharga bagi perkawinan, di mana relasi dan melakukan
yang terbaik bagi orang lain lebih penting daripada pemuasan diri dan ekspresi
seksual. Berpacaran dalam batasan-batasan yang Tuhan berikan membuat orang
belajar bagaimana berhubungan satu dengan yang lain sambil menghindari
pengungkapan seksual.
Persetubuhan pertama yang disertai perasaan
berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Di mana mereka dihinggapi ketakutan,
perawasaan was-was dan disertai rasa bersalah yang dalam. Sebagai resikonya ada
akibat yang harus mereka tanggung, ada akibat langsung dan akibat jangkah
panjang dari dosa tersebut.
A. Akibat Langsung
Akibat bagi si gadis ialah di mana kini ia
sudah tidak perawan lagi, timbul di dalam pikirannya akan ketakutan-ketakutan
terhadap pacarnya. Sang gadis mulai ragu-ragu dan cemas. Apakah pacarnya akan
tetap setia kepadanya? Ia juga takut kalau-kalau ia hamil. Ia mulai kehilangan
kepercayaan terhadap pacarnya.
Akibat bagi si pria, ia akan kehilangan makna
seks yang sesungguhnya. Ia akan dihantui pertanyaan “apa hanya begitu saja? Apabila
menikah dengan dia, apakah akan demikian saja seumur hidup?” pandangan terhadap
pacarnya juga akan mengalami perubahan drastis. Pacarnya yang semula nampak
murni, suci, gadis ideal, wanita idaman, calon istri yang terbaik, calon bagi
anak-anaknya, sekarang nampak rendah dan murahan.
Kedua pihak akan kehilangan rasa kebanggaan
terhadap dirinya sendiri. Si gadis sekarang merasa murahan dan tidak suci lagi,
si pria merasa egois dan mementingkan diri sendiri. Hal Ini akan membuat mereka
mudah untuk membenci pacarnya masing-masing. Banyak pria meninggalkan pacarnya
setelah berhubungan seks, ini kerap kali disebabkan sang pria masih menghendaki
pengantin yang perawan sebelum menikah. Kebencian yang timbul pada pasangan
setelah melakukan hubungan seks disebabkan adanya perasaan muak, benci dan
hilangnya penghargaan pada di gadis itu, karena mengangapnya “gampangan” dan
“murahan”. Dalam Alkitab khususnya kitab II Samuel diceritakan bahwa Tamar
seorang gadis yang masih perawan, Amnon jatuh cinta pada Tamar. Tetapi ketika
Amnon menyetubuhi Tamar timbulah kebencian yang sangat besar terhadap
Tamar yang sebelumnya gadis yang sangat
dicintainya itu.[13]
B. Akibat Jangka Panjang
Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan
dosa itu yakni pertama hubungan mereka putus dan kedua hubungan mereka
lanjutkan hingga menikah:
Pertama, hubungan putus. Karena kehilangan
penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka
putus itu ada. Perbuatan dosa pada masa lampau sangat merugikan si gadis dan
hubungannya dengan pria di masa mendatang. Sebuah permasalahan yang terjadi
ketika ia membina hubungan dengan pria lain, apakah ia harus memberitahukan
peristiwa yang dialami, adanya ketakutan akan ditinggalkan, ditolak ketika pria
tersebut mengetahuinya. Kebanyakan pria akan sulit untuk menerima pacarnya yang
adalah “bekas” dari laki-laki lain.
Kedua, hubungan tetap dilanjutkan sampai
pernikahan. Hubungan muda-mudi yang sudah melakukan dosa persetubuhan sebelum
menikah dapat saja dilanjutkan sampai mereka masuk pada pernikahan. Tetapi
pernikahan seperti ini kemungkinan besar diracuni oleh perbuatan dosa masa
lalu.[14]
Pasangan kita tidak lagi menjadi orang yang kita kagumi, dia sudah menjadi
orang yang cacat dan celakahnya kitalah yang membuat dia cacat[15].
Kedua pihak tidak dapat saling mempercayai secara penuh. Apabila mereka
bertengkar, dosa masa lampau akan mewarnai bahkan mempertajam perselisian itu.[16]
Penutup
Allah menciptakan manusia laki-laki dan
perempuan supaya mereka dapat saling mengasihi dan melengkapi satu dengan yang
lain. Namun, dalam relasi khusus mereka sebagai pemuda dan pemudi Kristen
hendaklah mereka selalu mempunyai kerinduan dan tujuan untuk menyenangkan Tuhan
karena hal itulah yang menjadi dasar dalam hubungan berpacaran mereka.
Proses berpacaran sangat perlu bagi setiap
pemuda sebelum mereka masuk di dalam sebuah pernikahan. Di dalam proses
berpacaran banyak sekali memiliki keuntungan, jika hal itu dilakukan dengan
baik. Sebaliknya, jika dalam proses berpacaran tidak dilakukan dengan baik
banyak resiko yang harus di tanggung, baik jangkah pendek maupun jangkah
panjang. Menjaga keintiman selama proses berpacaran sangatlah penting, di mana
pasangan harus menempatkan batasan-batasan yang jelas selama berpacaran.
Kiranya melalui pemaparan dari tulisan ini,
dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kawula muda Kristen yang sedang berpacaran
ataupun yang belum, agar mereka dapat menjaga keintiman selama berpacaran
dengan baik, tanpa melewati batasan-batasan yang seharusnya. Dan bagi para
pembina pemuda untuk dapat memberikan bimbingan khusus bagi pemuda-pemudinya yang sedang menjalin relasi khusus atau
berpacaran.
DAFTAR PUSTAKA
Cloud, Henry dan John Townsend. Batas-Batas
dalam Kencan dan Pacaran. Batam: Interaksara, 2004.
Gunadi,
Paul. Membatasi Keintiman Selama Pacaran. Malang: SAAT, 2004.
Harris,
Joshua. I Kissed Dating Goodbye. Jakarta:
Immanuel, 2005.
Kirby,
Scott. Berkencan Dunia Kawula Muda. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2004.
Triana, Jonathan A. Berpacaran dan Memilih Teman
Hidup. Bandung: Kalam Hidup, 1987.
Jurnal
C. Notohamidjojo, “Etika Dan Pergaulan
Pemuda-Pemudi,” Jurnal Gema Bimbingan 3/2 (1974) 3-14.
[1]C. Notohamidjojo, “Etika Dan Pergaulan Pemuda-Pemudi,” Jurnal Gema Bimbingan 3/2 (1974) 6.
[2]Paul Gunadi, Membatasi
Keintiman Selama Pacaran (Malang :SAAT, 2004) 5.
[3]Joshua Harris, I Kissed
Dating Goodbye. (Jakarta :Immanuel, 2005) 18.
[4]Henry Cloud dan John Townsend, Batas-Batas
dalam Kencan dan Pacaran. (Batam: Interaksara, 2004) 26.
[5]Ibid. 25-28
[6]Jonathan A. Triana, Berpacaran
dan Memilih Teman Hidup (Bandung: Kalam Hidup, 1987) 17.
[7]Gunadi, Membatasi 15.
[8]Scott Kirby, Berkencan dunia
kawula muda (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2004) 9-14.
[9]Ibid. 16-19.
[10]Cloud dan Townsend, Batas-Batas
9.
[11]Ibid. 14-19.
[12]Trisna, Berpacaran 31.
[13]II Samuel 13:1-17
[14]Trisna, Berpacaran 40.
[15]Gunadi, Membatasi 12
[16]Trisna, Berpacaran 40.
No comments:
Post a Comment