Saturday 27 July 2013

KITAB AMOS

KITAB AMOS

A. Latar Belakang Sejarah Negara Israel di Zaman Amos
            Kitab Amos menggambarkan kondisi Israel pada masa pemerintahan Yerobeam II (793-753 SM) dan pada masa Yehuda dipimpin oleh Uzia (791-740 SM) (2Raj. 14:23-15:7); dan lebih spesifik lagi adalah pada masa dua tahun sebelum terjadinya gempa bumi.
            Timur dekat kuno pada masa itu sedang diliputi oleh pergolakan politik.  Mesir tidak lagi menjadi negara yang kuat di Palestina.  Sedangkan Asyur, tidak lama setelah terakhir Yehu membayar upeti kepada Asyur pada tahun 841 SM, Asyur diganggu oleh negara-negara tetangga bagian utara.  Hal ini lalu menyebabkan Siria dapat masuk melewati Asyur dan menyerang Israel, yang pada waktu itu menjadi negara tawanan Asyur.  Raja-raja  Siria memperlakukan orang Israel tanpa belas kasihan (2Raj. 10:31; 12:17-18; 13:7).  Tetapi sekitar tahun 805 SM, bangkitlah pemimpin Asyur, Adad-nerari III, yang dapat memukul mundur Siria.
      Walaupun Siria dapat diusir, tetapi raja-raja Asyur yang memerintah tidaklah kuat.  Karena Siria telah kalah dan raja-raja yang memerintah di Asyur lemah dan didukung dengan penyerangan dari kerajaan-kerajaan daerah utara kepada Asyur, maka Asyur sementara dalam posisi tidak membahayakan bagi Israel.  Oleh karena itu, Yerobeam II (Israel) dan Uzia (Yehuda) dapat memperkuat pemerintahan mereka.  Israel dan Yehuda mengalami kedamaian pada masa itu.  Sebagai hasilnya, Israel dan Yehuda kembali mengalami kejayaan dan kekayaan.  Masa-masa kejayaan yang mereka alami pada waktu itu disebut Silver Age; seperti mengulang masa Salomo memerintah yang disebut Golden AgeIsrael mencapai puncak kekuatan secara materi dan ekonomi, juga perluasan secara daerah kekuasaan.  Bukti-bukti di bawah ini menunjukkan kejayaan Israel:
  1. Daerah kekuasaan Israel direbut kembali (2Raj. 13:25)
  2. Secara militer, telah merebut daerah timur Yordan (Amos 6:13)
  3. Perbatasan utara diperluas sampai ke Hamat (2Raj. 14:25)
  4. Perluasan secara geografis ini diikuti dengan perdagangan, yang berdampak kepada sosialisasi dengan para pedagang kelas atas. 
  5. Karena jumlah kekayaan dan taraf hidup Israel yang meningkat, maka gaya hidup mereka menjadi mewah. 
  6. Mereka mempunyai kekayaan untuk memperbesar dan mempermewah bangunan-bangunan rumah mereka (Amos 3:15; 5:11; 6:4-6). 
            Dengan kekayaan yang Israel miliki, mereka memakai kekayaan dan kejayaan tersebut untuk menunjukkan bahwa hal tersebut adalah tanda yang sangat jelas dari Tuhan bahwa mereka diberkati.  Kejayaan yang mereka miliki membuat mereka berpikir bahwa “Hari Tuhan” akan segera datang, yaitu ketika Tuhan mengalahkan semua musuh mereka dan menjadikan Israel menjadi pemerintah atas dunia.
            Perkembangan perdagangan internasional yang dilakukan membuat para pedagang Israel menjadi kaya raya. Tetapi kekayaan ini tidak dirasakan dan dinikmati oleh semua pihak. Kekayaan yang diperoleh oleh para pedagang justru membawa ketidakadilan dan keserakahan. Orang-orang miskin terbaikan bahkan kemudian secara aktif mereka ditindas dan diperas. Demi memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya orang-orang kaya dan berkuasa melanggar perjanjian dengan Tuhan.  Hukum Taurat mengikat setiap orang Israel untuk peduli kepada orang yang membutuhkan dan setiap pelanggaran akan hukum ini menempatkan mereka di bawah kutuk. Sehingga jelas bahwa sekalipun mereka berpikir dan merasa diberkati Allah sesungguhnya mereka sedang berada di bawah geram kutuk Allah.
            Di sisi lain, sekalipun ritual keagamaan dilakukan namun ritual-ritual tersebut menjadi kegiatan-kegiatan rutin semata-mata. Setiap ritual dilakukan hampir secara mekanikal tanpa makna dan kosong. Penyembahan mereka kepada Allah lebih mirip ritual penyembahan kepada berhala. Tanpa sadar ditengah hiruk pikuk ibadah yang mereka lakukan, sesungguhnya Israel justru menjauh dari kehadiran Allah.    Sekalipun Amos menyadari adanya penyembahan ilah-ilah lain (5:26; 8:14), tetapi Amos tidak menfokuskan pemberitaannya pada hal ini.
           
B. Profil dan Karakter Amos
Profil Nabi Amos
1.      Arti nama Amos ialah burden bearer. Hidup Amos sesuai dengan namanya ini, karena Tuhan menaruh beban teguran untuk bangsa Israel yang murtad.
2.      Amos dipanggil dari Tekoa, sebuah desa sekitar 9 km di selatan Betlehem atau 18 km di Selatan Yerusalem, dan 27 km di barat Laut mati (Am. 1:1), yang pada masa pemerintahan Rehabeam merupakan bagian dari sistem pertahanan di perbatasan.
3.      Ia adalah seorang peternak domba (Am. 1:1) dan pemungut buah ara hutan (Am. 7:14, 15). Dari profesinya ini, dia bukanlah orang kaya. Allah memakai orang yang tidak signifikan.
4.      Ia hidup di zaman Uzia raja Yehuda dan Yerobeam II anak Yoas raja Israel, dua tahun sebelum gempa bumi (Am.1:1).
5.      Ia berasal dari Israel selatan yang dipanggil untuk memberitahukan nubuatan penghukuman bagi Israel Utara. Maka Ia dapat melihat situasi negara Israel dengan lebih objektif.
6.      Amos sangat mengenal dan fasih dengan urusan-urusan sosial, yudisial, dan internasional yang terjadi pada masanya. Ini terbukti dari banyaknya catatan ketika ia berbicara di muka umum seperti Betel (Am. 7:10-17), situs-situs pemujaan yang penting seperti Samaria (Am. 3:9; 4:1; 6:1); mungkin juga di Gilgal (Am.5:5). Ia juga sangat akrab dengan geografi, sejarah, dan kehidupan sosial politik dari bangsa-bangsa sekitarnya seperti Aram, Edom, Amon, Moab (1:3-2:3).
Karakteristik Nabi Amos
1.      Ia adalah seorang yang berserah kepada Allah dan sangat memperhatikan tanggungjawab panggilannya.
2.      Ia adalah seorang bijak dari Yehuda yang sangat mengenal tradisi-tradisi hikmat tetapi ia adalah orang yang menolak tradisi-tradisi hikmat yang dipegang orang-orang pada waktu itu. Apabila orang-orang berpikir bahwa bijak untuk berdiam diri demi melindungi diri sendiri (Am. 5:13), maka Amos merasa tidak bisa dan tidak mau berdiam diri ketika melihat adanya hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu seperti api yang terus membakar di dalam dadanya. Ia menegur keras Amazia, Israel dan dengan berani menyampaikan berita penghakiman, penghukuman, dan keselamatan dari Allah.
3.      Ia membedakan dirinya sepenuhnya dengan nabi-nabi profesional (DIBAYAR) yang ada waktu itu, yang sebenarnya lebih dikenal dengan nabi-nabi kultis. Ia berbeda dengan mereka. Ia tidak mengabdi dan dipanggil oleh raja. Ia tidak melayani untuk upah dari raja seperti nabi kultis yang ada. Ia adalah peternak dan pemungut buah ara yang dipanggil langsung oleh Tuhan. Otoritas pelayanannya berasal dari Tuhan (Am. 7:15-17). Ia juga menolak gaya hidup orang-orang kaya (Am. 3:10, 12, 15;5:11;6:4,8) yang ternoda dan penuh dengan  tindakan amoral, opresif dan tidak adil (Am. 2:6-7; 4:1;5:10-12;8:4-6).
4.      Ia juga membuktikan keteguhan panggilan dan ketaatannya dengan meninggalkan profesi dan seluruh miliknya sebagai pengusaha demi Allah, pergi ke perbatasan gurun Yehuda (Am. 7:15) dan terus menerus bergerak ke utara, ke Israel Utara, walaupun ia tahu benar bahwa beritanya akan ditolak oleh kaum aristokrat yang keras hati.
5.      Ia sangat tegas dalam teguran terhadap dosa dan kecemaran yang dilakukan oleh orang-orang Israel yang menerapkan ibadah secara badani yang miskin kesetiaan kepada Allah dan sangat tercela secara praktik kehidupan sosialnya. Jadi, ia adalah orang yang sangat peka secara moral.
6.      Penuh imageri, ringkas, sekaligus sederhana dan tajam pada masalah yang hendak dibahas.
C. Ajaran Amos Tentang Tanggung Jawab Sosial
Di dalam kitab Amos banyak menyinggung mengenai permasalahan akan kehidupan sosial,[1] yaitu menyangkut kehidupan bermasyarakat dari bangsa Israel. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial bangsa Israel ini adalah  ditandai dengan banyaknya persoalan seperti perzinahan, perampokan, pembunuhan.  Namun isu yang paling banyak adalah banyaknya ketidakadilan di dalam masyarakat.   Salah satu contohnya adalah kemewahan orang-orang kaya yang dibangun di atas ketidakadilan dan penindasan terhadap orang-orang miskin.
Dosa-dosa sosial Israel antara lain:
  1. Perempuan-perempuan Samaria yang memeras orang miskin (4:1)
  2. Penjual yang berbuat curang dengan neraca palsu – bisnis tidak jujur (8:4-6)
  3. Tuan tanah yang mengambil pajak kepada orang lemah (5:11)
  4. Menerima uang suap (5:10, 12)
  5. Orang yang miskin, lemah, peminjam uang dan hamba diperlakukan tidak baik, bahkan ada yang dijual menjadi budak (2:6-8; 8:4, 6)
  6. Melakukan pemerasan, kecurangan, kekerasan dan aniaya (3:9-11)
Dengan banyaknya ayat-ayat yang membahas mengenai permasalahan sosial, menunjukkan betapa pentingnya isu sosial ini di dalam pengajaran nabi Amos.
Isu sosial di dalam kitab Amos ini adalah muncul karena kondisi dan keberadaan bangsa Israel pada zaman itu. Saat itu bangsa Israel mengalami masa keamanan politik. Dengan kondisi yang demikian maka banyak sekali terjadi ketidakadilan sosial di dalam kehidupan masyarakat Israel. Dalam bahasa Ibrani kata keadilan menujuk kepada sebuah klaim dari semua orang untuk bersama-sama berpartisipasi di dalam sebuah struktur dan perjanjian di dalam sebuah komunitas dan terlebih khususnya lagi adalah mengenai kesamaan sistem yang legal.  Berdasarkan definisi di atas dibandingkan dengan kondisi yang terjadi kepada bangsa Israel pada zaman Amos tidaklah sama melainkan terjadi kesenjangan.  Hal itu terwujud didalam penerapan sistem yang berbeda, khususnya antara orang yang berkuasa dan orang yang tidak berdaya. Kalau digambarkan dengan kondisi masyarakat pada saat ini maka “si kaya berkuasa atas si miskin” ataupun dapat digambarkan bahwa tidak adanya sebuah kesamaan hak antara kedua pihak.
Selain karena tidak adanya kesamaan hak, orang yang berasal dari golongan yang berkuasa telah menjadi sombong dan sembrono.  Oleh karena itu nabi Amos dengan keras menyerukan akan ketidaksetujuan dan kritiknya terhadap para pemimpin yang berkuasa pada saat itu. Para pemimpin yang berkuasa selain sombong dan sembrono, keberadaan mereka memperburuk akan kondisi dari keadilan sosial dan moralitas bangsa Israel.  Keberadaan mereka juga menunjukkan akan pengabaian total mereka terhadap hak-hak azasi dan kepribadian dari manusia (2:6).
Pengabaian total di dalam masyarakat juga telah semakin nyata dan kebanyakan diantara penguasa itu telah menjadi egois dan tidak perduli dengan pihak lain khususnya mereka yang miskin, janda dan anak yatim. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberitaan Amos sebagian besar adalah sebuah seruan akan adanya permasalahan sosial yang kebanyakkan adalah masalah keadilan dalam kehidupan bangsa Israel.”
Pengamatan yang dilakukan oleh Amos ini dibuktikan juga dengan bagaimana Amos menemukan bagaimana relasi sosial diantara bangsa Israel yang telah lama tidak berada di bawah sebuah kepemimpinan seperti yang ditemukan dalam sebuah instruksi perjanjian dalam kitab Musa. Keprihatinan yang dilihat oleh Amos ini membuat Amos dengan begitu gigih menyerukan agar umat Allah harus segera mencari Tuhan dan bertobat serta menegakkan akan keadilan jikalau mereka ingin tetap hidup (5:14, 15).
            Puncak dari seruan Amos adalah terdapat di dalam pasal 5:24,Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” Melakukan keadilan dapat diartikan bahwa itu adalah sebuah tindakan sebagai pembela kepada mereka yang tidak berdaya. Setiap mereka yang mengikuti akan kehendak Tuhan akan menunjukkan kepeduliannya dalam menegakkan keadilan. Dengan keinginan yang besar di dalam menegakkan keadilan maka dapat digambarkan akan keadilan yang mulai bergelora itu bagaikan ombak dan kebenaran itu sendiri akan terus mengalir.

D. Relevansi Ajaran Amos untuk Gereja Masa Kini
      Melihat pada latar belakang dan pesan yang dibawa oleh Amos, tampak bahwa permasalahan utama orang Israel adalah materialisme. Kekayaan dan kemakmuran menjadikan orang Israel yang kaya dan berkuasa terfokus pada kekayaan diri dan mengabaikan orang lain, terutama mereka yang miskin dan lemah.  Kekayaan yang mereka miliki membuat mereka buta terhadap hukum Allah sambil mengira bahwa kekayaan mereka menunjukkan Allah memberkati mereka.
Masalah materialisme tentu bukan saja masalah masyarakat Israel pada masa Amos, sebaliknya dapat dengan jelas kita lihat masalah yang serupa berjangkar dalam masyarakat saat ini. Gereja sebagai bagian dari masyarakat pun tampaknya tak jauh dari godaan materialisme ini. Dengan demikian tentulah pesan Amos tak hanya berbicara lantang kepada umat Allah di zamannya. Kegeraman hati Allah yang pernah disampaikan Amos masih bergema sejernih kristal bagi gereja Kristus di zaman ini.
Pertama, orang Israel memegang teologi yag mengatakan bahwa orang yang kaya adalah orang yang diberkati Tuhan. Sedemikian kuat kepercayaan ini sampai-sampai ketika memperoleh kekayaan dengan suap dan menindas orang lain, mereka tetap merasa diberkati Tuhan. Amos menegur Israel atas pemahaman ini (Am. 2:6-8). Teguran yang disampaikan oleh Amos ini menjadi peringatan bagi gereja. Teologi kemakmuran yang berkembang sejak beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa teologi orang Israel bergaung juga di gereja-gereja saat ini. Banyak gereja (terutama gereja-gereja Injili) telah dengan lantang menentang ajaran Teologi Kemakmuran ini, sejalan dengan pewartaan Amos.  Dalam tataran ajaran mimbar banyak gereja telah menunjukkan perhatian pada teguran yang Amos sampaikan, namun apakah gereja juga setia dalam tataran praktis? Amos menegur sikap dan tindakan orang Israel, bukan hanya pemahaman mereka. Untuk itu gereja harus waspada untuk tidak menentang teologi kemakmuran di atas mimbar namun menjalankannya di dalam keseharian, misal melalui favoritisme terhadap orang-orang kaya. Sebab pujian dan perhatian yang berlebihan yang diberikan hanya kepada anggota-anggota jemaat yang kaya dan berkuasa merupakan salah satu bentuk praktis dari teologi kemakmuran.    Teologi kemakmuran—berorientasi berkat.
Kedua, Amos jelas menegur orang-orang yang melakukan penindasan terhadap sesamanya, terlebih terhadap orang-orang miskin. Memahami berita ini tentu gereja dengan mantap menentang adanya penindasan dan pemerasan. Namun berita Amos tidak hanya menentang dosa commision, ia juga menentang dosa ommision, yaitu pengabaian dan ketidakpedulian terhadap sesama.  Gereja patut menaruh perhatian dan memberikan bantuan nyata yang cukup kepada anggota jemaat yang kekurangan.  Namun tak hanya itu, gereja juga semestinya mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat, tidak hanya bagi orang percaya. Gereja perlu waspada terhadap orientasi pelayanan yang bersifat sentripetal semata dan mengabaikan pelayanan sentrifugal. Sebab Allah memberkati umatNya untuk menjadikannya berkat.  





                [1]Kata sosial dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan kemasyarakatan, atau permasalahan yang bersifat umum dalam masyarakat.

No comments:

Post a Comment