Saturday 27 July 2013

KARAKTERISTIK REMAJA (mengenal remaja dan mengenal diri)

KARAKTERISTIK EMOSI REMAJA
Topik mengenai karakteristik emosi remaja adalah topik yang sangat menarik untuk dibahas karena berbicara tentang keaneka-ragaman gejolak yang terjadi dalam diri anak remaja. Mulai dari gejolak emosi kesenangan, kesedihan, kemarahan, hingga gejolak emosi cinta terhadap sesuatu (apapun itu). Namun, gejolak emosi yang timbul dalam kehidupan remaja itu hanya bersifat sementara dan cenderung berubah-ubah, seperti sebuah yoyo yang hanya sebentar berada di bawah kemudian naik lagi.
Secara tradisional, masa remaja dapat dikatakan sebagai periode penuh dengan “badai dan tekanan”. Maksudnya adalah anak remaja mengalami suatu masa di mana ia berusaha untuk mencari dan menampilkan keaslian dirinya (atau yang sering kita sebut sebagai masa pencarian jati diri). Dalam pencarian jati dirinya, banyak anak remaja yang kemudian menjadi stres dan merasa tertekan. Perasaan tertekan itu sebenarnya muncul dari masalah-masalah yang tidak dapat diatasi remaja dengan bantuan dirinya sendiri, salah satu masalahnya adalah masalah emosi.
Adapun masalah-masalah dalam perkembangan emosi remaja pada umumnya yang dihadapi oleh remaja adalah sebagai berikut:
1.      Emosi yang cepat berubah
Ada seorang anak remaja yang memiliki seekor anjing peliharaan yang sangat ia sayangi. Suatu kali anjing itu datang ke depan rumah untuk menyambut kedatangan ibu dari si anak remaja. Tanpa sengaja, sang ibu melindas mati anjing kesayangan anaknya. Melihat hal ini, anak remaja tadi berkabung luar biasa dan memutuskan untuk membenci mamanya. Setelah anak tersebut bertumbuh menjadi dewasa, si anak pun melupakan perasaan kehilangannya, bahkan ia menjadi heran dengan reaksi yang ditimbulkannya pada saat itu.
Sensitivitas dan kepekaan yang sangat tinggi pada masa remaja menyebabkan labilnya ekspresi emosi yang timbul, seperti yang tergambar dalam cerita di atas.
2.      Takut penolakan
Para remaja sangat senang berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan tertentu dengan mereka dimana mereka diterima didalamnya; entah itu kesamaan dalam hal fisik, sosial, gaya hidup,  gender, dll. Selain itu, ketakutan akan penolakan membuat seorang remaja rela melakukan apa saja untuk diterima oleh komunitas yang dirasa cocok dengannya. Beberapa dari mereka bahkan tidak segan-segan melakukan tindak kriminal dan amoral demi diterimanya mereka dalam suatu kelompok. Kondisi ini menyebabkan timbulnya eksklusivisme dan fanatisme, bahkan hal ini akhirnya menjadi sesuatu yang biasa di mata para remaja.
3.      Salah menanggapi keberadaan dirinya
Para remaja sering memandang dirinya sendiri dalam dua ekstrim, yaitu merendah dan meninggikan diri. Remaja yang memandang dirinya rendah cenderung menjadi pribadi  yang tidak percaya diri dan tidak mau menerima diri; sedangkan remaja yang memandang dirinya tinggi cenderung menjadi pribadi yang sombong dan selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.
Di sisi lain, para remaja juga sangat merasa nyaman untuk meniru orang-orang lain yang dianggapnya sebagai “model” yang baik bagi dirinya. Misalnya: mengikuti gaya berpenampilan, gaya bicara, gaya hidup, dan sebagainya.
4.      Tidak Realistis
Remaja awal cenderung melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya. Karena kecenderungan ini maka banyak remaja menjadi marah ketika ia tidak mendapati dirinya atau orang lain tidak seperti yang ia inginkan. Realitas keberadaan dirinya dan orang lain ini menyebabkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang mudah kecewa dan stress.

Penyebab masalah emosi pada masa remaja:
1.      Perubahan status mempengaruhi emosi seorang remaja, karena mereka saat ini sedang berada dalam masa transisi atau biasa juga disebut perpanjangan dari masa anak-anak. Ketika  mereka akan meninggalkan masa anak-anak dan menuju masa dewasa, mereka akan mengalami konflik batin dan ketidak-jelasan identitas diri, masih kanak-kanakkah mereka atau telah dewasa.  Perasaan-perasaan belum jelas ini sering membawa mereka dalam kegelisahan-kegelisahan internal; misalnya timbul rasa tertekan, kesal hati, ingin marah, mudah tersinggung, canggung dalam mereka bergaul.
2.      Pengaruh komunitas dalam perkembangan emosi remaja. Pada masa ini mereka sedang senang-senangnya berada dalam kelompok/komunitas yang sebaya dengan mereka baik itu kesamaan hobi atau gender, disinilah biasanya seorang remaja emosinya terbentuk tergantung dari komunitas yang mereka pilih sebagai contoh ketika seorang bergabung dengan kelompok remaja yang suka tawuran maka emosinya pun akan menjadi seorang remaja yang agresif begitu pun sebaliknya.  Jadi pengaruh komunitas punya andil besar bagi perkembangan emosi seorang remaja.
3.      Pengaruh penerimaan dan pengakuan. Pada masa ini remaja membutuhkan penerimaan dan pengakuan karena mereka sedang berada dalam masa transisi yang tidak jelas apakah mereka sudah melewati masa anak-anak dan sudah menjadi dewasa.  Karena kurangnya penerimaan dan pengakuan inilah seorang remaja biasanya mencari pengakuan tersebut dari kelompok-kelompok sebaya dengan mereka, disinilah bahayanya apabila mereka salah dalam memilih kelompok. 
4.      Pengaruh pertumbuhan fisik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa faktor pertumbuhan fisik mengambil peran yang cukup berpengaruh dalam masa perkembangan emosi remaja. Contohnya saja seorang anak laki-laki remaja yang memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibanding dengan teman-teman sebayanya, akan selalu merasa frustasi dengan penampilannya yang demikian. Remaja itu akan berusaha untuk menjadi minimal seperti teman-temannya.

Adapun solusi untuk permasalahan emosi remaja adalah sebagai berikut:
-          Komunitas yang sehat
Komunitas merupakan salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi perkembangan emosi dan membentuk kepribadian seorang remaja. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kita tahu bahwa masa remaja adalah masa dimana kebutuhan akan penerimaan dan pengakuan dari orang-orang disekitar merupakan hal yang sangat penting. Sehingga komunitas yang sehat merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh lingkungan para remaja. Komunitas yang dimaksud adalah komunitas yang menerima si remaja sebagaimana dia ada dan menghargai eksistensinya. Dengan demikian si  remaja tidak akan mengalami ketakutan akan penolakan dan tidak akan berusaha mencari komunitas yang salah untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Komunitas yang dimaksud adalah keluarga, sahabat, kelompok kecil, kelompok besar, teman sebaya di sekolah maupun di gereja atau lingkungan bergaul lainnya (misal: Gereja).
-          Pembimbing 
Menyadari bahwa kita saat ini sedang hidup pada zaman postmodern, teknologi yang terus berkembang, keterbatasan orang tua, guru dan pembimbing dalam mengawasi kehidupan para remaja kita harus dengan rendah hati mengaku mustahil kita dapat menyediakan komunitas yang sehat bagi para remaja pada zaman ini. Karena itu selain menerima keberadaan mereka secara utuh, sebagai orang tua, guru atau pembimbing bagi para remaja adalah penting bagi kita untuk menolong mereka mengenali diri mereka, menyelami perasaan mereka, memahami fase-fase pertumbuhan dan pergumulan-pergumulan yang akan mereka hadapi pada masa-masa remajanya. Membimbing dan menemani mereka melalui proses perkembangannya dalam terang Firman Tuhan. Karena Mazmur 119:109 berkata : “Dengan apakah seorang muda dapat mempertahankan kelakukannya bersih? Dengan menjaganya  sesuai dengan firman-Mu.” Tidak hanya itu kita juga perlu terus mengikuti perkembangan gaya hidup dan pergumulan para remaja pada zaman ini agar, tindakan-tindakan yang kita ambil dalam membimbing mereka relevan dan efektif.


Sumber:
James Dobson, Menjelang masa remaja.
Bambang Mulyono, Mengatasi kenakalan remaja.
Stephen & Jim Burns, Arahkan dengan jitu.
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan.

John Santrock, Adolescence: Perkembangan Remaja.

No comments:

Post a Comment