Michael W. Apple
Michael w.
Apple adalah seorang teoritikus pendidikan terkemuka dan tokoh yang berpengaruh
dalam pendidikan kritis. Ia dan beberapa rekannya membuat beberapa kajian
mengenai persoalan-persoalan pendidikan yang sangat penting mulai dari
pendidikan guru sampai kurikulum, pengujian pengelolaan, dan pembiayaan
pendidikan. Namun pengajarannya terfokus pada teori dan penelitian kurikulum
serta sosiologi umum. Karyanya mendalami hubungan antara kebudayaan dan
kekuasaan di sekolah dengan menekankan bahaya dan kelemahan kurikulum yang
ditunggangi kepentingan bisnis pada kebanyakan distrik sekolah. Ia percaya
bahwa praktik-praktik demokratis harus diwujudkan di sekolah publik dengan
cara-cara yang juga mencerminkan cita-cita demokratis untuk masyarakat yang
lebih luas.
Apple
melihat pendidikan sebagai bagian dari proses perubahan karakter masyarakat
kapitalis dan menyelidiki konteks sekolah yang lebih luas dalam masyarakat
(sosioekonomi, politik, kebudayaan, sejarah). Keberagaman
menghambat kosensus pada pelbagai persoalan. Latar belakang sosial, politik,
ekonomi, agama, dan etnik mempengaruhi penentuan bahan pelajaran-dengan alasan
apa untuk tujuan apa-dan perspektif siapa yang menjadi pendapat “resmi” serta
harus diikuti.
Karena
berbagai persoalan tersebut, Apple memberi makna pada gagasan “pendidikan untuk
semua orang”. Salah satu sumbangannya yang terbesar adalah penjelasannya yang
jujur dan tegas ketika mengungkap ketidakseimbangan sosial, politik, dan
ekonomi pada pendidikan publik di AS serta Negara-negara kapitalis lain. Berbeda
dengan kebanyakan teoritikus atau pemikir pendidikan (yang sering menganggap
teori terpisah dengan praktiknya, atau menjelaskan persoalan pendidikan lokal
dan nasional terlepas dari masyarakat), Apple menghubungkan teori, praktik,
sekolah, politik, ekonomi, dan masyarakat. Ia memadukan “yang global dengan
yang lokal” untuk menunjukkan apa yang mempengaruhi proses pendidikan.
Seiring
dengan itu, Apple juga mengkaji penerapan ideologi dan taktik konsevartif pada
kebajikan kurikulum dan pemakaian buku pegangan. Kurikulum tidak pernah menjadi
susunan pengetahuan yang netral. Kurikulum selalu menjadi bagian dari tradisi
tertentu, pilihan khusus, atau visi kelompok tentang pengetahuan yang sah.
Keputusan untuk menentukan pengetahuan suatu kelompok sebagai pengetahuan yang
paling sah atau pengetahuan resmi, sedangkan pengetahuan kelompok lain
diabaikan, sehingga memperlihatkan siapa yang berkuasa dalam masyarakat.
Selain itu
Apple menyebutkan keterlibatan perusahaan swasta dan kalangan bisnis dalam
pembuatan kurikulum didasarkan pada kepentingan pribadi, bukan perhatian pada
kesenjangan anak didik. Perusahaan menekankan pelatihan anak didik sebagai
pekerja dan konsumen, bukan mendukung program yang membantu anak didik untuk
mengatur diri mereka sendiri dan memberikan penilaian yang baik.
Salah satu
perhatian utama Apple adalah bagaimana pengetahuan diproduksi, “disensor”,
diberikan secara berbeda-beda kepada kelompok-kelompok tertentu, dan akhirnya
diakumulasi oleh kelompok yang berkuasa dalam kapitalisme. Apple meneliti pula
upaya yang dilakukan oleh sektor swasta yang berorientasi laba untuk menyusupkan
kepentingannya ke sekolah, distribusi pengetahuan selektif yang tak seimbang
antara kelompok dominan dan kelompok subordinat, dan dampak dari semua
persoalan tersebut terhadap kebijakan pendidikan serta penerapannya.
Namun Apple
percaya bahwa kontroversi dalam pendidikan terutama berkenaan dengan peran yang
seharusnya dimainkan pendidikan dalam pengembangan demokrasi akan mempersiapkan
warga negara untuk menilai dan mengatasi konflik serta ketidakpastian yang inheren
dalam masyarakat. Selain itu ia juga menegaskan perlunya pengamatan atas
kondisi keadilan sosial oleh anak didik di sekolah sebagai lawan dari
determinisme yang diciptakan oleh sekolah.
Michael W
Apple banyak menyoroti ketidakmerataan kebijakan-kebijakan pendidikan yang
berdasar pada kepentingan pribadi-pribadi tertentu, ia sangat peduli terhadap pelaksanaan
pendidikan yang demokratis. Pandangan-pandangannya yang membukakan cara pandang
banyak orang mengenai pendidikan memang sangat baik, namun Apple tidak dapat berbuat banyak dalam hal usaha
mengubah penyimpangan-penyimpangan yang ada. Ia lebih menuntut warga masyarakat
sendiri yang menilai dan mengatasi konflik-konflik tersebut. Ketidakberdayaan
Apple dalam mengubah kesalahan-kesalahan yang ada memang patut dimaklumi,
perubahan secara keseluruhan dari kebijakan pendidikan yang salah memang sulit
dan memerlukan suatu kekuatan dan sinergi yang besar. Mungkin ini yang
menyebabkan Apple lebih mengusahakan perubahan tersebut melalui media.
Apple memang
memperhatikan kemerataan kebijakan pendidikan dengan mengumandangkan
“pendidikan untuk semua orang”, namun ia melupakan kebutuhan holistik siswa
yang sebenarnya merupakan hal yang sangat penting dalam pertumbuhan mereka
secara pribadi. Pandangannya lebih bersifat liberal dan tidak menekankan
pendidikan secara agamawi, ia mementingkan kebebasan dan keadilan semua orang
dalam mendapatkan pendidikan tetapi kurang memperhatikan kebutuhan murid
sebenarnya yang perlu diberi konsep-konsep religius.
No comments:
Post a Comment