POSTMODERNISME
Postmodernisme adalah suatu paham
yang lahir akibat dari ketidak-puasan yang
timbul karena modernisme. Paham modernisme, yang memandang bahwa segala sesuatu
berpusat pada perkembangan ilmu pengetahuan; pada awalnya digadang-gadang bakal
menjadi suatu tumpuan dalam memulai era baru bagi manusia untuk mencapai
kemakmuran , kebahagiaan dan kedamaian yang utuh. Namun diluar dugaan, peperangan
dan pertikaian malah timbul melalui dasar pemahaman ini. Inilah yang mendorong
terciptanya suatu paham baru yang sebenarnya tidak jauh beda keburukannya
dengan modernisme.
Paham Postmodernisme intinya menyangkal
keberadaan kebenaran yang absolut, tidak ada kebenaran mutlak yang juga mencakup
kebenaran secara keseluruhan umat manusia, kebenaran adalah absolut hanya bagi
seorang pribadi. Walaupun sekilas terkesan sama dengan humanisme/eksistensialisme,
namun sebenarnya berbeda. Martin Heidegger, seorang filsuf yang pandangannya
dianggap sebagai akar dari paham postmodernisme, berkata bahwa “Umat manusia bukanlah
pusat dari kehidupan dan kebenaran, karena sebenarnya tidak ada pusat”. Namun,
jika tidak ada prinsip-prinsip umum moralitas dan jika kenyataan ada karena
terbangun dari unsur sosial; maka standart moralitas satu dengan yang lain
adalah pasti sama. Jika demikian, sangatlah ironis bahwa postmodernisme masih
bisa berbicara soal “sesuatu yang baik”, dimana mereka tidak percaya suatu
standart “baik yang absolut”.
Karena menolak nilai-nilai kebenaran
umum yang bersifat sejarah maupun masa kini, postmodernisme membawa kehancuran
bagi pendidikan secara umum, secara khusus bagi pengajaran sejarah, sains dan
sosiologi yang telah dan sedang diterima sebagai kebenaran umum. Namun, Postmodernisme sebenarnya sempat
dianggap sebagai “penyelamat” bagi pendidikan Kristen. Hal ini dikarenakan paham
modernisme, yang menyangkal keberadaan Tuhan; mengalami kepunahan sejak merebaknya
paham postmodernisme dalam masyarakat, dimana postmodernis menolak semua “cara pandang
umum/dunia” termasuk sains yang mengklaim mampu membuktikan adanya satu
kebenaran. Namun sebenarnya, paham postmodernisme pun menolak pandangan kekristenan
yang menganggap bahwa ada satu kebenaran di dunia, dimana Kristuslah satu-satunya
kebenaran itu.
Walaupun secara keseluruhan buruk, sebenarnya
pandangan postmodernisme ini juga turut ambil bagian dalam penyesuaian dan percobaan
metode dan pola pendidikan yang baik untuk anak didik; walaupun perlu juga
memperhatikan dampak buruk “percobaan” ini pada murid.
Ditinjau dari Filsafat Pendidikan
Agama Kristen, postmodernisme sangat baik dalam hal pengembangan kreatifitas
dalam berpikir dan pemaksimalan talenta anak. Anak juga diajar untuk mandiri
dengan mempertanggung-jawabkan semua pilihannya yang dipilihnya sendiri. Namun
dengan tanpa suatu standar moralitas dan kebenaran yang seharusnya menjadi
tujuan mereka dalam belajar, murid-murid sangat rentan untuk menjadi pribadi
yang irasional dan menympang. Bahkan yang lebih bahayanya lagi, semua perilaku
irasional dan menyimpang itu dilakukan secara sadar dan tanpa memiliki rasa
bersalah karena didasarkan atas “kebenaran yang absolute menurut dirinya
sendiri”.
Untuk menyikapi praktek-praktek
pendidikan yang berdasar atas pandangan ini, para murid juga harus disadarkan
bahwa kebenaran yang absolut itu ada; selain itu, para pendidik juga harus peka
untuk terus mengarahkan anak didik pada suatu kebenaran yang absolut dalam
masyarakat sebagai suatu pagar bagi seorang murid agar tidak menyimpang.
No comments:
Post a Comment