KITAB AMOS
A.
Latar Belakang Sejarah Negara Israel di Zaman Amos
Kitab
Amos menggambarkan kondisi Israel pada masa pemerintahan Yerobeam II (793-753
SM) dan pada masa Yehuda dipimpin oleh Uzia (791-740 SM) (2Raj. 14:23-15:7);
dan lebih spesifik lagi adalah pada masa dua tahun sebelum terjadinya gempa
bumi.
Timur
dekat kuno pada masa itu sedang diliputi oleh pergolakan politik. Mesir tidak lagi menjadi negara yang kuat di
Palestina. Sedangkan Asyur, tidak lama
setelah terakhir Yehu membayar upeti kepada Asyur pada tahun 841 SM, Asyur
diganggu oleh negara-negara tetangga bagian utara. Hal ini lalu menyebabkan Siria dapat masuk
melewati Asyur dan menyerang Israel, yang pada waktu itu menjadi negara tawanan
Asyur. Raja-raja Siria memperlakukan orang Israel tanpa belas
kasihan (2Raj. 10:31; 12:17-18; 13:7).
Tetapi sekitar tahun 805 SM, bangkitlah pemimpin Asyur, Adad-nerari III,
yang dapat memukul mundur Siria.
Walaupun Siria
dapat diusir, tetapi raja-raja Asyur yang memerintah tidaklah kuat. Karena Siria telah kalah dan raja-raja yang
memerintah di Asyur lemah dan didukung dengan penyerangan dari
kerajaan-kerajaan daerah utara
kepada Asyur, maka Asyur sementara dalam posisi tidak membahayakan bagi
Israel. Oleh karena itu, Yerobeam II
(Israel) dan Uzia (Yehuda) dapat memperkuat pemerintahan mereka. Israel dan Yehuda mengalami kedamaian pada
masa itu. Sebagai hasilnya, Israel dan
Yehuda kembali mengalami kejayaan dan kekayaan.
Masa-masa kejayaan yang mereka alami pada waktu itu disebut Silver Age; seperti mengulang masa Salomo memerintah yang disebut Golden Age. Israel mencapai puncak kekuatan secara materi dan ekonomi, juga
perluasan secara daerah kekuasaan.
Bukti-bukti di bawah ini menunjukkan kejayaan Israel:
- Daerah kekuasaan Israel direbut
kembali (2Raj. 13:25)
- Secara militer, telah merebut daerah timur Yordan (Amos 6:13)
- Perbatasan utara diperluas sampai ke Hamat (2Raj. 14:25)
- Perluasan secara geografis ini diikuti dengan perdagangan, yang
berdampak kepada sosialisasi dengan para pedagang kelas atas.
- Karena jumlah kekayaan dan taraf hidup Israel yang meningkat, maka
gaya hidup mereka menjadi mewah.
- Mereka mempunyai kekayaan untuk memperbesar dan mempermewah
bangunan-bangunan rumah mereka (Amos 3:15; 5:11; 6:4-6).
Dengan kekayaan yang Israel miliki,
mereka memakai kekayaan dan kejayaan tersebut untuk menunjukkan bahwa hal
tersebut adalah tanda yang sangat jelas dari Tuhan bahwa mereka diberkati. Kejayaan yang
mereka miliki membuat mereka berpikir bahwa “Hari Tuhan” akan segera datang,
yaitu ketika Tuhan mengalahkan semua musuh mereka dan menjadikan Israel menjadi
pemerintah atas dunia.
Perkembangan perdagangan
internasional yang dilakukan membuat para pedagang Israel menjadi kaya raya. Tetapi kekayaan ini tidak dirasakan
dan dinikmati oleh semua pihak. Kekayaan yang diperoleh oleh para pedagang
justru membawa ketidakadilan dan keserakahan. Orang-orang miskin
terbaikan bahkan kemudian secara aktif mereka ditindas dan diperas.
Demi memperoleh
kekayaan sebanyak-banyaknya orang-orang kaya dan berkuasa melanggar perjanjian
dengan Tuhan. Hukum Taurat mengikat
setiap orang Israel untuk peduli kepada orang yang membutuhkan dan setiap
pelanggaran akan hukum ini menempatkan mereka di bawah kutuk. Sehingga jelas bahwa sekalipun mereka berpikir dan
merasa diberkati Allah sesungguhnya mereka sedang berada di bawah geram kutuk
Allah.
Di
sisi lain, sekalipun ritual
keagamaan dilakukan namun ritual-ritual tersebut menjadi kegiatan-kegiatan
rutin semata-mata. Setiap ritual dilakukan hampir secara mekanikal tanpa
makna dan kosong. Penyembahan mereka kepada Allah
lebih mirip ritual penyembahan kepada berhala. Tanpa sadar ditengah hiruk pikuk ibadah yang mereka lakukan, sesungguhnya
Israel justru menjauh dari kehadiran Allah. Sekalipun Amos
menyadari adanya penyembahan ilah-ilah lain (5:26;
8:14), tetapi Amos tidak menfokuskan pemberitaannya pada hal ini.
B.
Profil dan Karakter Amos
Profil Nabi Amos
1. Arti
nama Amos ialah burden bearer. Hidup Amos sesuai dengan namanya
ini, karena Tuhan menaruh beban teguran untuk bangsa Israel yang murtad.
2. Amos
dipanggil dari Tekoa, sebuah desa sekitar 9 km di selatan Betlehem atau 18 km
di Selatan Yerusalem, dan 27 km di barat Laut mati (Am. 1:1), yang pada masa
pemerintahan Rehabeam merupakan bagian dari sistem pertahanan di perbatasan.
3. Ia
adalah seorang peternak domba (Am. 1:1) dan pemungut buah ara hutan (Am. 7:14,
15). Dari profesinya ini, dia bukanlah orang kaya. Allah memakai orang yang
tidak signifikan.
4. Ia
hidup di zaman Uzia raja Yehuda dan Yerobeam II anak Yoas raja Israel, dua
tahun sebelum gempa bumi (Am.1:1).
5.
Ia berasal dari Israel selatan yang dipanggil untuk
memberitahukan nubuatan penghukuman bagi Israel Utara. Maka Ia dapat melihat
situasi negara Israel dengan lebih objektif.
6. Amos
sangat mengenal dan fasih dengan urusan-urusan sosial, yudisial, dan
internasional yang terjadi pada masanya. Ini terbukti dari banyaknya catatan
ketika ia berbicara di muka umum seperti Betel (Am. 7:10-17), situs-situs
pemujaan yang penting seperti Samaria (Am. 3:9; 4:1; 6:1); mungkin juga di
Gilgal (Am.5:5). Ia juga sangat akrab dengan geografi, sejarah, dan kehidupan
sosial politik dari bangsa-bangsa sekitarnya seperti Aram, Edom, Amon, Moab
(1:3-2:3).
Karakteristik Nabi Amos
1. Ia
adalah seorang yang berserah kepada Allah dan sangat memperhatikan
tanggungjawab panggilannya.
2. Ia
adalah seorang bijak dari Yehuda yang sangat mengenal tradisi-tradisi hikmat
tetapi ia adalah orang yang menolak tradisi-tradisi hikmat yang dipegang
orang-orang pada waktu itu. Apabila orang-orang berpikir bahwa bijak untuk
berdiam diri demi melindungi diri sendiri (Am. 5:13), maka Amos merasa tidak
bisa dan tidak mau berdiam diri ketika melihat adanya hal-hal yang tidak sesuai
dengan Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu seperti api yang terus membakar di
dalam dadanya. Ia menegur keras Amazia, Israel dan dengan berani menyampaikan
berita penghakiman, penghukuman, dan keselamatan dari Allah.
3. Ia
membedakan dirinya sepenuhnya dengan nabi-nabi profesional (DIBAYAR) yang ada waktu itu,
yang sebenarnya lebih dikenal dengan nabi-nabi kultis. Ia berbeda dengan
mereka. Ia tidak mengabdi dan dipanggil oleh raja. Ia tidak melayani untuk upah
dari raja seperti nabi kultis yang ada. Ia adalah peternak dan pemungut buah
ara yang dipanggil langsung oleh Tuhan. Otoritas pelayanannya berasal dari
Tuhan (Am. 7:15-17). Ia juga menolak gaya hidup orang-orang kaya (Am. 3:10, 12,
15;5:11;6:4,8) yang ternoda dan penuh dengan
tindakan amoral, opresif dan tidak adil (Am. 2:6-7; 4:1;5:10-12;8:4-6).
4. Ia
juga membuktikan keteguhan panggilan dan ketaatannya dengan meninggalkan
profesi dan seluruh miliknya sebagai pengusaha demi Allah, pergi ke perbatasan
gurun Yehuda (Am. 7:15) dan terus menerus bergerak ke utara, ke Israel Utara,
walaupun ia tahu benar bahwa beritanya akan ditolak oleh kaum aristokrat yang
keras hati.
5. Ia
sangat tegas dalam teguran terhadap dosa dan kecemaran yang dilakukan
oleh orang-orang Israel yang menerapkan ibadah secara badani yang miskin
kesetiaan kepada Allah dan sangat tercela secara praktik kehidupan sosialnya.
Jadi, ia adalah orang yang sangat peka secara moral.
6. Penuh
imageri, ringkas, sekaligus sederhana dan tajam pada masalah yang hendak
dibahas.
C.
Ajaran Amos Tentang Tanggung Jawab Sosial
Di
dalam kitab Amos banyak menyinggung mengenai permasalahan akan kehidupan sosial,[1] yaitu menyangkut kehidupan bermasyarakat dari bangsa
Israel. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sosial bangsa Israel ini adalah ditandai
dengan banyaknya persoalan seperti perzinahan, perampokan, pembunuhan. Namun
isu yang paling banyak adalah banyaknya ketidakadilan di dalam masyarakat. Salah
satu contohnya adalah kemewahan orang-orang kaya yang dibangun di atas ketidakadilan dan penindasan terhadap
orang-orang miskin.
Dosa-dosa sosial Israel antara
lain:
- Perempuan-perempuan
Samaria yang memeras orang miskin (4:1)
- Penjual
yang berbuat curang dengan neraca palsu – bisnis tidak jujur (8:4-6)
- Tuan
tanah yang mengambil pajak kepada orang lemah (5:11)
- Menerima
uang suap (5:10, 12)
- Orang
yang miskin, lemah, peminjam uang dan hamba diperlakukan tidak baik,
bahkan ada yang dijual menjadi budak (2:6-8; 8:4, 6)
- Melakukan pemerasan, kecurangan, kekerasan dan aniaya (3:9-11)
Dengan banyaknya
ayat-ayat yang membahas mengenai permasalahan sosial, menunjukkan betapa
pentingnya isu sosial ini di dalam pengajaran nabi Amos.
Isu sosial di
dalam kitab Amos ini adalah muncul karena kondisi dan keberadaan bangsa Israel
pada zaman itu. Saat itu bangsa Israel mengalami masa keamanan politik. Dengan
kondisi yang demikian maka banyak sekali terjadi ketidakadilan sosial di dalam
kehidupan masyarakat Israel. Dalam bahasa Ibrani kata keadilan menujuk kepada
sebuah klaim dari semua orang untuk bersama-sama berpartisipasi di dalam sebuah
struktur dan perjanjian di dalam sebuah komunitas dan terlebih khususnya lagi
adalah mengenai kesamaan sistem yang legal. Berdasarkan definisi di atas dibandingkan
dengan kondisi yang terjadi kepada bangsa Israel pada zaman Amos tidaklah sama
melainkan terjadi kesenjangan. Hal itu terwujud
didalam penerapan sistem yang berbeda, khususnya antara orang yang berkuasa dan
orang yang tidak berdaya. Kalau digambarkan dengan kondisi masyarakat pada saat
ini maka “si kaya berkuasa atas si miskin” ataupun dapat digambarkan bahwa tidak adanya sebuah kesamaan hak antara
kedua pihak.
Selain karena
tidak adanya kesamaan hak, orang yang berasal dari golongan yang berkuasa telah
menjadi sombong dan sembrono. Oleh karena itu nabi Amos dengan keras
menyerukan akan ketidaksetujuan dan kritiknya terhadap para pemimpin yang
berkuasa pada saat itu. Para pemimpin yang berkuasa selain sombong dan
sembrono, keberadaan mereka memperburuk akan kondisi dari keadilan sosial dan
moralitas bangsa Israel. Keberadaan
mereka juga menunjukkan akan pengabaian total mereka terhadap hak-hak azasi dan
kepribadian dari manusia (2:6).
Pengabaian total
di dalam masyarakat juga telah semakin nyata dan kebanyakan diantara penguasa
itu telah menjadi egois dan tidak
perduli dengan pihak lain khususnya mereka yang miskin, janda dan anak
yatim. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberitaan Amos sebagian besar adalah
sebuah seruan akan adanya permasalahan sosial yang kebanyakkan adalah masalah
keadilan dalam kehidupan bangsa Israel.”
Pengamatan yang
dilakukan oleh Amos ini dibuktikan juga dengan bagaimana Amos menemukan bagaimana
relasi sosial diantara bangsa Israel yang telah lama tidak berada di bawah
sebuah kepemimpinan seperti yang ditemukan dalam sebuah instruksi perjanjian
dalam kitab Musa. Keprihatinan yang dilihat oleh Amos ini membuat Amos dengan
begitu gigih menyerukan agar umat Allah harus segera mencari Tuhan dan bertobat
serta menegakkan akan keadilan jikalau mereka ingin tetap hidup (5:14, 15).
Puncak
dari seruan Amos adalah terdapat di dalam pasal 5:24, “Tetapi biarlah keadilan
bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu
mengalir.” Melakukan keadilan dapat diartikan bahwa itu adalah sebuah tindakan
sebagai pembela kepada mereka yang tidak berdaya. Setiap mereka yang mengikuti
akan kehendak Tuhan akan menunjukkan kepeduliannya dalam menegakkan keadilan.
Dengan keinginan yang besar di dalam menegakkan keadilan maka dapat digambarkan
akan keadilan yang mulai bergelora itu bagaikan ombak dan kebenaran itu sendiri
akan terus mengalir.
D.
Relevansi Ajaran Amos untuk Gereja Masa Kini
Melihat pada latar belakang dan pesan yang
dibawa oleh Amos, tampak bahwa permasalahan utama orang Israel adalah
materialisme. Kekayaan dan kemakmuran menjadikan orang Israel yang kaya dan
berkuasa terfokus pada kekayaan diri dan mengabaikan orang lain, terutama mereka
yang miskin dan lemah. Kekayaan yang
mereka miliki membuat mereka buta terhadap hukum Allah sambil mengira bahwa
kekayaan mereka menunjukkan Allah memberkati mereka.
Masalah
materialisme tentu bukan saja masalah masyarakat Israel pada masa Amos, sebaliknya
dapat dengan jelas kita lihat masalah yang serupa berjangkar dalam masyarakat
saat ini. Gereja sebagai bagian dari masyarakat pun tampaknya tak jauh dari
godaan materialisme ini. Dengan demikian tentulah pesan Amos tak hanya
berbicara lantang kepada umat Allah di zamannya. Kegeraman hati Allah yang
pernah disampaikan Amos masih bergema sejernih kristal bagi gereja Kristus di
zaman ini.
Pertama, orang
Israel memegang teologi yag mengatakan bahwa orang yang kaya adalah orang yang
diberkati Tuhan. Sedemikian kuat kepercayaan ini sampai-sampai ketika
memperoleh kekayaan dengan suap dan menindas orang lain, mereka tetap merasa
diberkati Tuhan. Amos menegur Israel atas pemahaman ini (Am. 2:6-8). Teguran
yang disampaikan oleh Amos ini menjadi peringatan bagi gereja. Teologi
kemakmuran yang berkembang sejak beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa teologi
orang Israel bergaung juga di gereja-gereja saat ini. Banyak gereja (terutama
gereja-gereja Injili) telah dengan lantang menentang ajaran Teologi Kemakmuran
ini, sejalan dengan pewartaan Amos. Dalam
tataran ajaran mimbar banyak gereja telah menunjukkan perhatian pada teguran
yang Amos sampaikan, namun apakah gereja juga setia dalam tataran praktis? Amos
menegur sikap dan tindakan orang Israel, bukan hanya pemahaman mereka. Untuk
itu gereja harus waspada untuk tidak menentang teologi kemakmuran di atas
mimbar namun menjalankannya di dalam keseharian, misal melalui favoritisme
terhadap orang-orang kaya. Sebab pujian dan perhatian yang berlebihan yang
diberikan hanya kepada anggota-anggota jemaat yang kaya dan berkuasa merupakan
salah satu bentuk praktis dari teologi kemakmuran. Teologi
kemakmuran—berorientasi berkat.
Kedua, Amos jelas
menegur orang-orang yang melakukan penindasan terhadap sesamanya, terlebih
terhadap orang-orang miskin. Memahami berita ini tentu gereja dengan mantap
menentang adanya penindasan dan pemerasan. Namun berita Amos tidak hanya
menentang dosa commision, ia juga
menentang dosa ommision, yaitu pengabaian
dan ketidakpedulian terhadap sesama.
Gereja patut menaruh perhatian dan memberikan bantuan nyata yang cukup
kepada anggota jemaat yang kekurangan.
Namun tak hanya itu, gereja juga semestinya mendatangkan kesejahteraan
bagi masyarakat, tidak hanya bagi orang percaya. Gereja perlu waspada terhadap orientasi pelayanan yang
bersifat sentripetal semata dan mengabaikan pelayanan sentrifugal. Sebab Allah
memberkati umatNya untuk menjadikannya berkat.
No comments:
Post a Comment